Monday, June 22, 2015

Masjid Baitul 'Ulum, Universitas Terbuka, Jl. Cabe Raya, Pondok Cabe, Tangsel

Pada saat hari kerja, sekitaran pukul 17.00 sampai dengan pukul 20.00 WIB, tidak jarang perempatan Gaplek macet. Dan tidak jarang pula buntut kemacetan sampai ke depan kampus Universitas Terbuka (UT), atau bahkan sampai bagian akhir Bandara Pondok Cabe.

Perempatan Gaplek

Sahabat mushalli mungkin banyak yang tinggalnya di daerah Pamulang, Reni Jaya, Bojongsari, Sawangan, ataupun Parung, yang kalau kondisi lalu lintas lancar, maka 10-15 menit lagi bisa sampai ke rumah. Dan ketika posisi terkena macet di kisaran UT ataupun Bandara Pondok Cabe kemudian mendapati adzan Maghrib ataupun Isya menjadi ragu untuk berhenti karena merasa tanggung.

Pada jam kerja atau hari libur, perempatan Gaplek ini biasanya macet panjang

Ingin berhenti shalat, tapi sebentar lagi sampai rumah. Ingin segera sampai rumah, tapi bisa-bisa tidak kebagian shalat berjama'ah di masjid. Apalagi bagi sahabat yang naik angkot, bisa jadi merasa repot dan sayang kalau harus mengeluarkan ongkos dobel.

Kalau memang tanggung, terus harus bagaimana...?


DR. Attabiq Lutfi, MA., dalam sebuah ceramahnya pernah menyampaikan, yang salah satu kutipannya kira-kira seperti berikut, "Lebih baik kita memaksa diri kita dan keluarga kita ataupun orang lain untuk beribadah, daripada dengan sukarela meninggalkan ibadah. Lebih baik masuk surga dengan terpaksa, daripada masuk neraka dengan sukarela".


Walaupun sudah hampir sampai rumah, kita tidak tahu apakah kita akan sampai rumah dengan selamat. Jadi, ketika mendengar adzan atau ketika tahu bahwa saat itu sudah masuk waktu shalat, maka menepilah, tunaikan perintah ALLAH, dirikanlah shalat.




Masjid Baitul 'Ulum yang kita bahas kali ini, terletak di bagian depan sebelah kiri (sayap kanan) Universitas Terbuka Pondok Cabe. Posisinya sangat strategis dan situasinya nyaman. Kita bahkan tidak perlu melewati pos penjagaan untuk sampai di parkiran masjid ini. Cukup melipir ke kiri begitu masuk halaman UT sebelum pos satpam, kita akan menemui parkiran yang sangat luas di depan masjid. Biasanya, parkiran tersebut akan dijaga oleh salah seorang satpam UT yang tidak meminta bayaran parkir, walaupun juga tidak menolak apabila kita memberi uang jasa parkir.



Untuk lokasi, bagi sahabat mushalli yang setiap harinya lewat Jalan Cabe Raya (Pondok Cabe) tentunya mengetahui atau bahkan sudah familiar dengan kampus UT ini. Bagi sahabat yang mungkin belum hafal daerah Pondok Cabe, masjid atau kampus UT ini tertelak tidak jauh (sekitar 100 meter) setelah Bandara Pondok Cabe menuju ke arah Pamulang, Sawangan, ataupun Parung (perempatan Gaplek). Adanya di sebelah kanan jalan. Adapun Jalan Cabe Raya ini tanpa separator tengah jalan permanen (bahkan separator garis pun tidak jelas.. :-)), sehingga memudahkan sahabat sekalian untuk menyeberangkan kendaraannya. Di Google Maps, kita bisa mencarinya dengan keyword 'Masjid UT'.




Dari parkiran, masuk ke area masjid, kita akan disambut nuansa hijau nan asri khas kampus-kampus negeri. Apabila sesampainya di masjid, ternyata belum masuk waktu shalat, kita dapat beristirahat dengan nyaman di selasar masjid yang luas dan bersih.



Untuk tempat wudhu utama dan toilet ada di sayap kiri masjid. Tempat wudhu dan toilet laki-laki dan wanita terpisah total, walaupun masih satu atap bangunan. Kebersihan keduanya juga sangat terjaga.



Cermin yang terpasang di sepanjang tempat wudhu utama memudahkan kita untuk merapikan diri sebelum masuk masjid. Kalau menghadap bos saja kita selalu rapi, apalagi ketika menghadap ALLAH... tentunya harus lebih rapi bukan? Selain tempat wudhu utama, ada beberapa titik tempat wudhu di sudut belakang kanan masjid, bagi sahabat yang ingin langsung berwudhu tanpa keperluan ke toilet, terutama bagi jama'ah yang datang dari arah dalam kampus UT.


Tempat wudhu alternatif di sisi kanan belakang masjid

Area shalat sangat bagus, luas, rapi, terang, dan... brrr... sejuk berkat 9 unit AC yang selalu dinyalakan saat waktu shalat tiba, walaupun tidak seluruhnya.




Area shalat wanita berada di bagian belakang dan dipisahkan dengan sekat semi permanen. Salah satu hal yang perlu mendapat perhatian dari pengurus Masjid Baitul 'Ulum ini yaitu pemasangan sekat area shalat wanita ini yang kurang begitu rapi, kontras dengan kondisi masjid secara keseluruhan yang bagus dan rapi.


Selesai shalat Maghrib ataupun Isya, biasanya masih ada satu atau beberapa warung di foodcourt tepi parkiran yang masih buka. Kita dapat sejenak beristirahat sambil jajan walaupun harganya agak sedikit lebih mahal dari makanan sejenis di sekitarnya.

Satu pemandangan yang akan kita temui kalau kita beruntung, yaitu bertemu dengan seorang bapak tua yang buta kedua matanya dan selalu setia menunggu waktu adzan tiba di selasar depan masjid ini. Kenapa beruntung? Karena kita akan mendapatkan pelajaran berharga dari beliau. Kalau beliau yang buta kedua matanya saja tidak mengeluh dan tetap istiqomah dalam beribadah, kenapa kita yang lebih baik kondisinya ini kok masih saja suka menunda-nunda shalat.


Sekian dulu Shalat Dimana? kali ini. Semoga memberikan manfaat bagi kita semua.


Sumber beberapa foto :
- Google Maps dan Google Street View
- www.suaranetizen.com/2015/04/sujud-sahwi-solusi-ragu-ragu-saat-sholat.html
- mazmuiz.blogspot.com/2015/03/bingung-mau-usaha-apa-5-tips.html
- kabartangsel.com/2012/12/tertipu-tujuh-pemuda-asal-lebak-ini-tidak-jadi-wisuda-di-ut-pondok-cabe/universitas-terbuka-ut-pondok-cabe-pamulang-tangsel/

Saturday, June 20, 2015

Jangan Sampai Kalah

Sahabat mushalli, pernahkah sahabat sekalian bertemu dengan saudara-saudara kita berikut ini :





atau yang ini :




Ya, mereka adalah saudara kita para tunanetra yang dengan giatnya berdagang, utamanya kerupuk ikan, dan tidak mau hanya sekedar menjadi pengemis. Bagi mereka, apa yang mereka dapatkan dari usaha akan jauh lebih berkah dibanding hasil meminta-minta, dan kedudukan mereka di mata masyarakat menjadi lebih mulia dibandingkan orang-orang yang mengandalkan kehidupannya dari meminta-minta, baik yang tunanetra maupun yang kondisinya normal.

Hebatnya, kebanyakan mereka awalnya akan selalu menolak kalau kita berikan kelebihan berupa kembalian kita yang tidak hendak kita ambil. Mereka menolak untuk dikasihani. Kalau kita benar-benar memaksa, barulah mereka mau menerimanya.

Awalnya, mereka banyak berkeliling di sekitaran Depok, Jakarta Selatan, dan juga Tangerang Selatan.

Mungkin salah satu penyebabnya, mereka dikoordinir oleh beberapa kelompok pengajian yang bermarkas di daerah Cirendeu, Tangerang Selatan, seperti Yayasan Wali Peduli (http://walicare.org/program/) dan Yayasan Khazanah Kebajikan kalau tidak salah, yang memberikan bekal pemahaman agama sekaligus life skill bagi saudara-saudara kita ini.

Saat ini keberadaan mereka sudah cukup merata beberapa sudut wilayah Jabodetabek, dan itu merupakam sebuah berita gembira tentunya. Tinggal bagaimana kita mendukung usaha mereka, dengan setidaknya sesekali membeli dagangan mereka.

Satu lagi fakta yang membuat kita tercengang, beberapa kali kami menemui mereka tengah shalat dan beristirahat di masjid. Tanpa wajah masam ataupun berkeluh kesah, mereka dengan rutin, khusyuk mendirikan shalat berjama'ah di masjid. Tidak ada waktu untuk menyesali nasib, dan tidak ada alasan untuk menyalahkan Sang Pencipta. Sepertinya, itu yang tertanam di benak mereka. Kelihatannya, salah satu pelajaran utama yang diberikan di kelompok pengajian mereka adalah, jangan tinggalkan shalat 5 waktu di manapun berada dan dalam kondisi bagaimanapun. Dan sepertinya pula, mereka sudah memahami dengan sangat mendalam hadits berikut ini :


Satu saja pesannya, kalau mereka yang penuh keterbatasan itu terus mendirikan shalat sebagai bentuk kesabarannya, bagaimana dengan kita yang di-karuniakan oleh ALLAH SWT lebih banyak keleluasaan. Tentunya kita harus dan akan lebih giat lagi dari mereka. Bukan begitu sahabat...?




Sumber foto :
- rivalunik.blogspot.com/2011/07/tukang-kerupuk-yang-patut-dicontoh-pic.html?showComment=1434786363233#c4431208401896985463

- https://zicoofficial.wordpress.com/2012/01/05/galeri-pembunuh-bete/#comment-446

- v1.rri.co.id/index.php/indexberitafoto/5544

- adikurniadi1985.blogspot.com/2015/05/pedagang-kerupuk-tuna-netra.html?showComment=1434785993408#c6770280712383123327

- zilzaal.blogspot.com/2013/06/pak-ikhsan-tunanetra-penjual-kerupuk-di.html

- m.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/14/03/24/n2w1tn-bocah-penjual-kerupuk-dan-ayah-tunanetra

Aplikasi Hadits :
- Girfa eSuite




Tuesday, June 9, 2015

Masjid Jami' Istiqomah, Simprug, Jakarta Selatan

Dalam sebuah Kajian Kitab Shahih Bukhari di sebuah stasiun televisi milik pemerintah beberapa pekan lalu, ada seorang penanya yang menanyakan, bolehkah imam membaca surat setelah Al Fatihah pada shalat jahr dengan membaca mushaf besar yang diletakkan di depannya. DR. Ahmad Luthfi Fathullah, MA., sang narasumber, menjawab boleh.

sumber: telukmesjid.blogspot.com/2013/01/mushaf-untuk-dibaca-imam-sholat.html
Nah, kalau sahabat mushalli ingin mengetahui di mana masjid yang imamnya membaca mushaf besar yang diletakkan di depannya saat membaca surat setelah Al Fatihah, masjid yang akan kita ulas berikut ini merupakan salah satunya.
Namanya Masjid Jami' Istiqomah. Letaknya di daerah Simprug, Jakarta Selatan. Akses untuk ke masjid ini memang agak terbatas. Artinya, akses langsung yang mudah adalah bagi para sahabat mushalli yang datang dari arah Palmerah dan Patal Senayan lewat Jl. Tentara Pelajar menuju ke Arteri Pondok Indah atau Jl. Sultan Iskandar Muda.

Posisi masjid ini persis berada di hook / tikungan ke arah jalan Arteri Pondok Indah atau pas di sisi kiri flyover Permata Hijau.





Sahabat mushalli yang datang dari arah sebaliknya, bisa mengambil arah ke kiri persis setelah kantor Pertamina Simprug untuk puter balik di kolong flyover Permata Hijau. Setelah puter balik, bisa langsung merapat ke kiri, sambil tetap hati-hati terhadap kendaraan yang datang dari arah kiri.




Sedangkan bagi sahabat mushalli yang datang dari arah flyover Permata Hijau nampaknya agak sulit untuk singgah di masjid ini, dikarenakan akhir dari flyover tersebut sudah melewati pintu gerbang masuk masjid. Untuk motor, barangkali bisa langsung merapat ke kiri selesai turun flyover, untuk kemudian mundur atau tuntun sepeda motor menuju ke parkiran masjid. Bisa juga sedikit lawan arah, tapi kami sangat tidak merekomendasikan hal tersebut, karena sangat berbahaya.
Namun, sahabat mushalli yang tidak dapat menjangkau masjid ini tidak perlu bersedih hati, karena tidak jauh dari masjid ini, ada masjid lain, yaitu Masjid Al Akhyar yang terletak persis di samping Binus International School, Kebayoran Lama. Bagaimana cara menuju ke sana? InsyaALLAH pada ulasan Shalat di Mana? berikutnya kita akan angkat Masjid Al Akhyar ini.

Kembali ke Masjid Istiqomah, yang menjadi unggulan dari masjid ini adalah selasarnya yang sangat luas. Kita dapat berlama-lama beristirahat di sini, tanpa harus mengganggu jama'ah shalat susulan ataupun terganggu oleh lalu lalangnya sahabat mushalli yang lain.






Toilet dan tempat wudhu sangat bersih. Pencahayaannya juga bagus. Tempat wudhu unik, mirip seperti tempat wudhu di Masjid Istiqlal, airnya-pun mengalir deras. Toilet dan tempat wudhu Ikhwan (laki-laki) dan Akhwat (perempuan) terpisah total. Di tengah-tengahnya ada tempat penitipan barang-barang yang juga sekaligus menjual berbagai barang-barang kebutuhan muslim.





Ruang shalat juga luas dan bersih. Area shalat wanita berada di sebelah kanan, di sebuah ruangan terpisah yang berdempetan dengan area shalat utama. Penyejuk ruangan untuk area shalat menggunakan AC dan kipas angin. Bagi sahabat mushalli yang tidak hendak menitipkan tas atau barang bawaan lainnya dapat meletakannya di sisi paling kanan atau kiri shaf, yang penting masih terjangkau perspektif mata.
Satu lagi, saat bulan Ramadhan tiba, masjid ini hampir selalu dipenuhi dengan berbagai macam ta'jil dan makanan berat bagi para sahabat mushalli dan musafir yang disediakan oleh DKM maupun oleh para dermawan.





Untuk parkir kendaraan, jangan khawatir, lahan parkir sangat luas, baik untuk motor maupun mobil, dan ada penjaga parkir yang memberikan kartu parkir, sehingga, insyaALLAH aman. Bayar parkir pun tidak dipatok nominalnya, yang penting se-ikhlasnya :-)


Saat jam pulang kerja jalur ini termasuk jalur macet. Daripada bermacet ria di jalan, alangkah jauh lebih baik kita menepikan kendaraan sejenak untuk beristirahat dan mendirikan shalat.




Sekian ulasan Masjid Jami' Istiqomah, Simprug, Jakarta Selatan ini, semoga ALLAH mudahkan kita untuk terus istiqomah dalam beribadah kepada-Nya.